Kisah Nabi Yusuf AS Lengkap dengan Mukjizatnya

Ketika Nabi Yusuf AS masih kecil, disuatu malam ia bermimpi dengan mimpi yang menakjubkan. Ia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud kepadanya. Ketika ia bangun, maka ia langsung mendatangi ayahnya, Nabi Ya’qub AS untuk menceritakan mimpinya itu. Ayahnya pun langsung memahami takwilnya, bahwa akan terjadi pada anaknya suatu urusan yang besar. Maka ayahnya segera mengingatkan Yusuf agar tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya yang nantinya setan akan merusak hubungan mereka dan berhasad kepadanya atas pemberian Allah itu. Yusuf pun menaati saran ayahnya.
Ketika Nabi Yusuf AS masih kecil, disuatu malam ia bermimpi dengan mimpi yang menakjubkan. Ia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud kepadanya.

Kisah Nabi Yusuf AS Lengkap dengan Mukjizatnya

Ketika ia bangun, maka ia langsung mendatangi ayahnya, Nabi Ya’qub AS untuk menceritakan mimpinya itu. Ayahnya pun langsung memahami takwilnya, bahwa akan terjadi pada anaknya suatu urusan yang besar. Maka ayahnya segera mengingatkan Yusuf agar tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya yang nantinya setan akan merusak hubungan mereka dan berhasad kepadanya atas pemberian Allah itu. Yusuf pun menaati saran ayahnya.

Saudara Yusuf Berniat Buruk Kepada Yusuf


Nabi Ya’qub AS sangat sayang kepada Yusuf sehingga membuat saudara-saudaranya merasa iri dengannya. Mereka pun berkumpul untuk membuat makar kepadanya agar Yusuf dijauhkan dari ayahnya dan kasih sayang itu beralih kepada mereka.

Salah seorang di antara mereka mengusulkan untuk membunuh Yusuf atau membuangnya ke tempat yang jauh agar perhatian ayahnya hanya tertumpah kepada mereka saja, setelah itu mereka bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan tetapi di antara mereka ada yang menolak usulan dibunuhnya Yusuf, ia hanya mengusulkan agar Yusuf dimasukkan ke dalam sumur yang berada jauh agar nanti ditemukan oleh kafilah yang lewat, lalu mereka mengambil dan menjualnya.

Ternyata usulan inilah yang dipandang baik dan diterima mereka. Dengan demikian, kesimpulan kesepakatan mereka adalah hendaknya Yusuf diasingkan dan dijauhkan dari tengah-tengah mereka.

Mulailah mereka berpikir bagaimana caranya agar rencana mereka itu dapat terlaksana dengan baik. Setelah itu, mereka pun menemukan caranya. Mereka pun datang kepada ayah mereka dan berkata, “Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menginginkan kebaikan baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya.”

Nabi Ya’qub berkata, “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf sangat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedangkan kamu lengah darinya.”

Mereka menjawab, “Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang rugi.” (QS. Yusuf: 11-14)

Yusuf Dimasukkan ke Dalam Sumur


Maka pada pagi hari, mereka keluar membawa Yusuf ke gurun sambil menggembala kambing-kambing mereka. Setelah mereka berada jauh dari ayah mereka, maka mulailah mereka melakukan rencana itu, mereka berjalan hingga tiba di sumur, lalu mereka melepas baju Yusuf dan melempar Yusuf ke dalamnya. Ketika itu, Allah mewahyukan kepada Yusuf, “Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tidak ingat lagi.” (QS. Yusuf: 15)

Setelah mereka berhasil memasukkan Yusuf ke sumur, maka mereka berpikir kembali tentang apa yang akan mereka katakan nanti di hadapan ayah mereka ketika ayahnya bertanya tentang Yusuf, hingga akhirnya mereka sepakat untuk mengatakan bahwa seekor serigala memakannya, dan untuk menguatkan pernyataan mereka itu, mereka sembelih seekor kambing lalu darahnya mereka lumuri ke baju Yusuf.

Di malam hari, mereka pulang menemui ayahnya dalam keadaan pura-pura menangis. Nabi Ya’qub pun melihat mereka dan ternyata Yusuf tidak ada di tengah-tengah mereka, lalu mereka memberitahukan secara dusta, bahwa ketika mereka pergi untuk pergi berlomba-lomba dan mereka tinggalkan Yusuf di dekat barang-barangnya, lalu Yusuf dimakan serigala.

Selanjutnya mereka mengeluarkan gamisnya yang berlumuran darah untuk menguatkan pernyataan mereka. Tetapi Nabi Ya’qub melihat gamisnya dalam keadaan tidak robek, karena mereka lupa merobeknya, lalu Ya’qub berkata kepada mereka, “Sungguh aneh serigala ini, mengapa ia bersikap sayang kepada Yusuf, ia memakannya tanpa merobek pakaiannya.”

Maka Ya’qub berkata kepada mereka menerangkan kedustaan mereka, “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” (QS. Yusuf: 18).

Yusuf Dikeluarkan dari Sumur dan Dibawa ke Mesir


Adapun Yusuf, maka ia tetap berada dalam sumur menunggu adanya orang yang mau menolongnya. Ketika ia dalam keadaan demikian, tiba-tiba datang sebuah kafilah yang hendak menuju Mesir, lalu mereka ingin menambahkan persediaan mereka, kemudian mereka mengutus salah seorang dari mereka ke sumur untuk membawakan air. Ketika ia menurunkan timbanya, maka Yusuf bergantung kepadanya, lalu orang itu melihat ke isi sumur, ternyata dilihatnya seorang anak muda yang tampan berpegangan dengannya. Orang ini pun merasa senang dan memberitahukan kepada kawan-kawannya yang lain, lalu mereka mengeluarkan Yusuf dan membawanya bersama mereka menuju Mesir untuk dijual.

Pada suatu hari, Al ‘Aziz berkeliling di pasar untuk membeli seorang anak buat dirinya, karena ia tidak punya anak. Kemudian kafilah itu menawarkan Yusuf kepadanya, lalu raja Al ‘Aziz membelinya dengan harga beberapa dirham saja.

Kemudian Al Aziz pulang ke istrinya dalam keadaan senang karena membeli seorang anak. Ia juga menyuruh istrinya memuliakan anak tersebut dan berbuat baik kepadanya, mungkin saja ia dapat bermanfaat bagi keduanya atau dijadikan sebagai anak angkat. Demikianlah Allah SWT memberikan kekuasaan kepada Yusuf AS di bumi sehingga ia hidup di bawah kasih sayang Al ‘Aziz dan pengurusannya.

Kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha


Waktu pun berlalu dan Yusuf semakin dewasa, ia tumbuh sebagai pemuda yang kuat dan sangat tampan. Istri Al ‘Aziz selalu memperhatikan Yusuf setiap harinya dan tertarik kepadanya, mulailah ia menampakkan rasa sukanya melalui isyarat dan sindiran, tetapi Yusuf berpaling darinya dan tidak peduli terhadapnya, maka mulailah wanita ini berpikir bagaimana caranya agar dapat merayu Yusuf.

Suatu hari, ketika suaminya pergi meninggalkan istana, istrinya memanfaatkan kesempatan itu, ia berhias dan memakai pakaian yang indah, mengunci pintu rumahnya dan mengajak Yusuf untuk masuk ke kamarnya serta memintanya melakukan perbuatan keji dengannya.

Akan tetapi Nabi Yusuf ‘alaihissalam dengan sifat ‘iffah (menjaga diri) dan sucinya menolak ajakannya, ia berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung.” (QS. Yusuf: 23)

Lalu Yusuf segera pergi menuju pintu untuk keluar dari tempat itu, namun istri Al ‘Aziz tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia segera menarik Yusuf dari belakang untuk menghalanginya keluar dan menahan gamisnya hingga robek.

Tiba-tiba, suaminya yaitu Al Aziz (mentri Mesir) pulang, suasana pun semakin kritis, istri Al ‘Aziz segera meloloskan diri dari keadaan kritis itu di hadapan suaminya dan menuduh Yusuf sebagai orang yang khianat serta berupaya menzaliminya, ia pun berkata kepada suaminya, “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” (QS. Yusuf: 25)

Terhadap tuduhan itu Nabi Yusuf segera membela diri dan berkata, “Dialah yang merayu diriku.”

Maka suaminya meminta penyelesaian kepada salah seorang keluarganya, lalu anggota keluarga itu berkata tanpa ragu, “Lihatlah! Jika baju gamisnya koyak di depan, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta.– Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita Itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Yusuf: 26-27)

Lalu suaminya menoleh kepada istrinya, dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.” (QS. Yusuf: 28)

Selanjutnya Al ‘Aziz meminta Yusuf untuk membiarkan masalah ini dan tidak membicarakannya di depan seorang pun, lalu suaminya meminta istrinya meminta ampun kepada Allah SWT atas dosa dan kesalahannya.

Penduduk Mesir meskipun mereka menyembah patung, namun mereka tahu bahwa yang dapat mengampuni dan menyiksa hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya Al ‘Aziz menyuruh istrinya meminta ampun kepada Allah SWT.

Berkumpulnya Wanita-wanita Mesir Atas Undangan Istri Al ‘Aziz


Semua pihak pun sepakat untuk menyembunyikan masalah ini, namun demikian ternyata berita merayunya istri Al ‘Aziz kepada Yusuf telah tersebar di istana, dan wanita-wanita kota itu pun telah membicarakannya, yakni bahwa istri Al ‘Aziz menggoda pelayannya, yaitu Yusuf.

Istri Al ‘Aziz pun mengetahui keadaan itu hingga ia marah dan ingin menunjukkan alasan terhadap tindakannya itu kepada kaum wanita yang membicarakan dirinya, dan bahwa ketampanan Yusuf itulah yang membuat dirinya melakukan hal itu.

Maka istri Al ‘Aziz mengundang kaum wanita kepadanya dan ia telah mempersiapan untuk mereka tempat yang istimewa, ia juga telah memberikan masing-masing mereka sebilah pisau beserta buahnya, lalu istri Al ‘Aziz menyuruh Yusuf keluar.

Yusuf pun keluar menuruti perintah majikannya, maka ketika kaum wanita melihatnya, mereka semua terpesona dengan ketampanannya dan tanpa sadar mereka melukai tangan mereka dengan pisau, sampai-sampai mereka semua mengira bahwa Yusuf adalah seorang malaikat.

Istri Al ‘Aziz pun berkata, “Itulah orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk orang-orang yang hina.” (QS. Yusuf: 32)

Yusuf Memilih di Dalam Penjara


Maka kaum wanita pun menerima alasan istri Al ‘Aziz, dan ketika Yusuf melihat keadaan seperti itu, ia berdoa, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33)

Hampir saja terjadi fitnah di Madinah karena rasa cinta kaum wanita kepada Yusuf, maka pihak berwenang memandang bahwa Yusuf perlu dipenjarakan sampai waktu tertentu.

Mereka pun memenjarakan Yusuf dan tinggallah Yusuf di penjara selama beberapa waktu, dan ternyata ada pula dua orang yang masuk penjara bersamanya, yang satu sebagai tukang roti, sedangkan yang satu lagi tukang pemberi minum raja. Keduanya melihat akhlak Nabi Yusuf yang begitu mulia dan ibadah yang dilakukannya yang mengagumkan sehingga keduanya mendatangi Yusuf dan menceritakan mimpi keduanya kepada Yusuf sebagaimana yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya, “Berkatalah salah seorang di antara keduanya, “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.” berikanlah kepada kami takwinya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (menakwilkan mimpi).” (QS. QS. Yusuf: 36)

Maka Nabi Yusuf menakwil mimpi keduanya, namun sebelumnya Nabi Yusuf mengajak mereka beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu.

Selanjutnya, Ia menakwil mimpi mereka berdua, bahwa di antara mereka berdua ada yang akan keluar dari penjara dan kembali bekerja seperti semula memberi minum kepada raja, sedangkan yang satu lagi akan disalib dan burung akan memakan kepalanya.

Sebelum pemberi minum dikeluarkan dari penjara, Nabi Yusuf meminta kepadanya agar menyampaikan masalah dirinya kepada raja bahwa dia tidaklah bersalah dan bahwa dia dipenjara secara zalim agar Ia dimaafkan dan dikeluarkan dari penjara, tetapi setan membuat tukang pemberi minum raja ini lupa tidak menyebutkan masalah Yusuf kepada raja sehingga Yusuf tetap tinggal di penjara beberapa tahun lamanya. Maka berlalulah waktu dan terjadilah apa yang ditakwikan Yusuf itu terhadap keduanya.

Raja Bermimpi


Pada suatu hari raja tidur dan bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus, dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering, maka raja pun segera bangun dari tidurnya dalam keadaan terkejut, ia pun segera mengumpulkan para pemukanya dan menceritakan mimpinya itu serta meminta mereka menakwil mimpi itu, tetapi mereka semua tidak sanggup. Mereka juga berusaha memalingkan raja dari mimpi itu agar tidak dibuat cemas olehnya sambil berkata, “Itu adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu mentakwikan mimpi itu.” (QS. Yusuf: 44)

Meskipun demikian, raja tetap gelisah atas mimpinya itu dan terus berusaha mengetahui maksud mimpinya, hingga akhirnya tukang pemberi minum raja ingat dengan Nabi Yusuf dan meminta raja masuk ke dalam penjara untuk menemui Yusuf. Ketika itulah ia meminta Nabi Yusuf menakwil mimpi raja itu, maka Yusuf menakwilnya, bahwa sapi yang gemuk dan tujuh bulir itu adalah tujuh tahun dimana pada tahun itu penuh dengan kebaikan dan keberkahan.

Nabi Yusuf AS tidak hanya menakwilkan mimpi, tetapi menawarkan cara terbaik bagi mereka dalam mengatasinya, yaitu mereka harus menyimpan hasil tanaman mereka untuk menghadapi tahun-tahun kemarau dengan cara membiarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk dimakan sampai Allah SWT akan membukakan kelapangan.

Ketika tukang pemberi minum raja telah mengetahui takwilnya, maka ia segera kembali ke raja dan memberitakan apa yang dikatakan Yusuf kepadanya, maka raja pun bergembira sekali, lalu raja bertanya tentang orang yang menakwil mimpinya itu, maka tukang pemberi minum raja memberitahukannya, yaitu Yusuf.

Mendengar jawabannya, maka raja segera meminta Yusuf dibawa ke hadapannya. Lalu utusan raja segera menemui Yusuf dan menyuruh Yusuf mengikuti ajakan raja untuk menemuinya, tetapi Yusuf menolak menemuinya sampai jelas kebersihan dirinya dan bahwa dirinya tidak bersalah, agar raja mengetahui tentang apa yang terjadi pada kaum wanita di kota itu.

Keluarnya Yusuf dari Penjara dan Menjadi Pejabat Mesir


Maka raja pun mengirim utusan untuk menemui istri al-‘Aziz dan wanita-wanita lainnya serta bertanya kepada mereka tentang masalah Yusuf, mereka pun mengakui kesalahan mereka serta menyatakan tobatnya, mereka berkata, “Mahasuci Allah, kami tidak mengetahui sesuatu keburukan darinya.”

Istri al-’Aziz juga menjelaskan kebersihan Yusuf di hadapan manusia.

Yusuf Bertemu Saudara-saudaranya


Ketika itulah, raja mengeluarkan ketetapan bersihnya Yusuf dari tuduhan yang ditujukan kepadanya dan memerintahkan agar Yusuf dikeluarkan dari penjara, ia juga memuliakan Yusuf dan mendekatkan dirinya kepadanya, lalu raja memberikan pilihan kepadanya untuk memilih jabatan yang ia mau, maka Yusuf berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri Mesir. Sesungguhnya aku orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan.” (QS. Yusuf: 55)

Raja pun setuju terhadap permintaan Yusuf itu karena amanah dan ilmunya.

Selanjutnya, apa yang dimimpikan raja pun terwujud satu persatu, Di tengah-tengah pembagian bahan makanan pokok yang dilakukan Yusuf kepada rakyat tiba-tiba Yusuf bertemu dengan orang-orang yang ia kenali, baik bahasanya, fisiknya, dan nama-namanya.

Orang-orang ini datang secara tiba-tiba tanpa disadari sebelumnya, dan ternyata mereka adalah saudara-saudaranya; anak-anak ayahnya; Nabi Ya’qub ‘alaihissalam. Yusuf mengenali mereka, namun mereka tidak mengenalnya lagi. Merekalah yang dahulu melempar Yusuf ke dalam sumur ketika ia masih kecil, namun sekarang mereka datang karena butuh bahan makanan.

Yusuf pun berbuat baik kepada mereka, dan mereka juga bermuamalah secara baik kepadanya. Selanjutnya Yusuf menanyakan keadaan mereka dan jumlah mereka, lalu mereka memberitahukan bahwa jumlah mereka ada dua belas orang, seorang dari mereka pergi dan masih ada saudara kandungnya yang sedang bersama ayahnya karena ayahnya mencintainya dan berat melepasnya.

Setelah Yusuf menyiapkan bahan makanan untuk mereka, dimana masing-masing mereka memperoleh seukuran beban unta, maka Yusuf berkata, “Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan takaran dan aku adalah penerima tamu yang terbaik? Jika kamu tidak membawanya kepadaku, maka kamu tidak akan mendapat takaran lagi dariku dan jangan kamu mendekatiku.” (QS. Yusuf: 59-60)

Saudara-saudara Yusuf berkata, “Kami akan membujuk ayahnya untuk membawanya (kemari) dan sesungguhnya kami benar-benar akan melaksanakannya.”

Lalu Yusuf memerintahkan para pelayannya untuk memasukkan barang-barang (penukar kepunyaan mereka) ke dalam karung-karung mereka, agar mereka mengetahuinya ketika mereka telah kembali kepada keluarganya, yakni agar mereka mengembalikan barang-barang itu ke Mesir atau karena Yusuf khawatir nanti mereka tidak mendapatkan sesuatu untuk menukar lagi. Yang demikian dilakukan Yusuf agar mereka bersedia kembali lagi kepadanya.

Kemudian saudara-saudara Yusuf pulang menemui ayah mereka sambil berkata, “Wahai ayah kami, kami tidak akan mendapat takaran (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara kami pergi bersama-sama kami agar kami mendapat takaran, dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.”

Tetapi Nabi Ya’qub menolaknya, kemudian saudara-saudara Yusuf pergi mendatangi barang mereka untuk mengeluarkan isi barang bawaan mereka, tetapi mereka dikejutkan dengan adanya barang mereka yang lama yang mereka jadikan sebagai alat tukar, maka mereka memberitahukan kepada ayah mereka bahwa barang bawaan mereka dikembalikan, dan mereka pun segera mendesak ayah mereka dengan menyebutkan maslahatnya bagi keluarga mereka ketika memperoleh makanan.

Mereka juga menguatkan keyakinan untuk menjaga saudara mereka, Bunyamin. Mereka juga mendorong ayah mereka dengan sungguh-sungguh agar takaran bagi saudara mereka bertambah, karena Yusuf memberikan untuk setiap orangnya seukuran beban unta.

Maka ayah mereka berkata, “Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung musuh.”

Saudara-saudara Yusuf Kembali ke Mesir


Setelah mereka memberikan janji mereka, Maka Ya’qub berkata, “Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan (ini).”

Nabi Ya’qub juga berpesan kepada mereka dengan berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan; meskipun demikian aku tidak dapat melepaskan kamu barang sedikit pun dari (takdir) Allah. keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri.”

Maka berangkatlah saudara-saudara Yusuf ke Mesir dan masuk ke pintu gerbangnya mengikuti saran ayah mereka agar mereka tidak tertimpa ‘ain (penyakit dari mata) karena penampilan mereka yang rupawan atau agar mereka mendapat berita tentang Yusuf. Selanjutnya, ketika mereka telah berada di depan Yusuf, maka Yusuf mengajak saudaranya yang paling kecil itu (Bunyamin), mendekatkannya dan berbincang-bincang secara berduaan dengannya, dan memberitahukan bahwa dirinya adalah Yusuf; saudaranya.

Siasat Yusuf agar Saudara Kandungnya Tetap Bersamanya


Selanjutnya disiapkanlah perbekalan untuk saudara-saudara Yusuf agar mereka pulang dengan membawanya, tiba-tiba Yusuf ingin saudaranya tetap bersamanya, maka Yusuf menyuruh para pelayannya untuk meletakkan piala (tempat minum) ke dalam karung saudaranya. kemudian berteriaklah seseorang sambil menyerukan, “Wahai kafilah, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mencuri.”

Kemudian saudara-saudara Yusuf pun segera menanyakan sesuatu yang hilang itu, lalu orang yang berseru itu memberitahukan, bahwa piala raja hilang dan raja telah menjanjikan untuk memberikan upah berupa bahan makanan (seberat) beban unta. Tetapi saudara-saudara Yusuf tidak menerima tuduhan itu sehingga muncul dialog yang dalam dengan Yusuf, mereka bukan sebagai pencuri dan mereka pun mau bersumpah untuk hal itu, lalu para penjaga berkata, “Apa balasannya jika kamu dusta?

Mereka menjawab, “Balasannya ialah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya (tebusannya).”

Menurut syariat Nabi Ya’qub ‘alaihissalam, bahwa barang siapa mencuri maka hukumannya ialah si pencuri dijadikan budak satu tahun bagi orang yang dicuri.

Oleh karena Yusuf mengetahui, bahwa yang hukuman tersebut adalah hukuman yang berlaku pada syariat Bani Israil, maka ia menerima hukuman itu, tidak mengikuti hukuman yang diberlakukan di Mesir, dan saudara-saudaranya pun setuju terhadap hukuman itu, maka Yusuf memerintahkan para pengawalnya untuk memeriksa karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian mereka menemukan piala raja itu dari karung saudaranya.

Mereka (saudara-saudara Yusuf) pun berkata, “Jika ia mencuri, maka sesungguhnya, telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu.” Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata (dalam hatinya), “Kamu lebih buruk kedudukanmu (sifat-sifatmu) dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu terangkan itu”. (QS. Yusuf: 77)

Maka saudara-saudaranya pun ingat akan janji mereka kepada ayah mereka, yaitu akan mengembalikan saudara mereka yang paling kecil ini “Bunyamin” kepada ayah mereka. Mereka pun berkata kepada Yusuf, “Wahai al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya. Oleh karena itu, ambillah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk oranng-orang yang berbuat baik.”

Yusuf berkata, “Aku mohon perlindungan kepada Allah dari menahan seorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya, jika kami berbuat demikian, maka kami benar-benar sebagai orang-orang yang zalim.” (QS. Yusuf: 78-79).

Yusuf berkata, "Sesungguhnya kami menahan adikmu karena ia terbukti telah mengambil barang milik kerajaan. Oleh sebab itu, kami tidak bisa membebaskannya. Jika kalian ingin adik kalian bebas, kembalilah kalian dan bawa ayah kalian ke sini untuk mengambil adik kalian."

Akhirnya, mereka pulang tanpa membawa serta Bunyamin. Mereka merasa sangat bersalah. Mereka telah berjanji kepada ayah mereka. Akan tetapi. mereka tidak mampu menepati janji mereka.

Sesampainya di Palestina, mereka menyampaikan kabar penahanan Bunyamin. Mereka pun menyampaikan permintaan seorang pejabat kerajaan untuk membawa Yaqub ke Mesir. Mendengar kabar tersebut, Nabi Yaqub menjadi sangat sedih hingga ia jatuh sakit dan kedua matanya menjadi buta.

Suatu hari, persediaan gandum kembali habis. Nabi Yaqub kembali memerintahkan anaknya agar pergi ke Kerajaan Mesir. Mereka kernudian berangkat ke Mesir. Sesampainya di sana, mereka menceritakan kondisi yang dialami ayah mereka.

"Wahai Tuan, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tidak berharga. Ayah kami senantiasa bersedih karena telah kehilangan dua orang yang sangat dicintainya. Setiap hari, beliau menangis sehingga matanya menjadi buta. Sekarang kami kekurangan makanan. Oleh karena itu, kami memohon kepada Tuan untuk memberikan gandum kepada kami."

Mendengar kabar tersebut, Nabi Yusuf sangat sedih dan iba. la tidak mampu lagi menahan perasaannya untuk memberitahukan siapa sebenarnya dirinya. Yusuf pun berkata. "Apakah kalian tahu kejahatan yang telah kalian lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya?"

Saudara-saudara Yusuf merasa heran dan kaget. Seorang pejabat yang ada di hadapan mereka bisa mengetahui tentang perbuatan yang pernah mereka lakukan.

Kembali Yusuf berkata, "Tahukah kalian, sesungguhnya akulah Yusuf yang pernah kalian lemparkan ke dalam sumur."

Semakin kagetlah mereka dengan kata-kata yang keluar dari seorang yang selama ini mereka anggap sebagai orang lain. Mereka kemudian bertanya dengan ragu, "Apakah kamu benar- benar Yusuf?"

Yusuf menjawab, "Akulah Yusuf dan ini adalah saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar. Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik."

Pengakuan Yusuf benar-benar membuat mereka kaget. Mereka semakin yakin bahwa orang yang ada di hadapannya adalah Yusuf setelah melihat bukti-bukti yang ada. Mereka pun kemudian mengakui kesalahan mereka dan menyesal atas perbuatan yang pernah mereka lakukan. Akhirnya. mereka memohon maaf kepada Yusuf.

Yusuf tidak pernah merasa dendam kepada saudara-saudaranya. la memaafkan mereka dengan penuh kasih sayang. la memberi mereka makanan dan menitipkan bajunya untuk diusapkan ke mata ayahnya agar sembuh.

Sesampainya di Palestina, mereka menceritakan kabar tentang Yusuf dan memberikan baju titipan yusuf pada Nabi Yaqub. Mendengar kabar tersebut. Nabi Yaqub menjadi sangat gembira. Ketika baju Yusuf diusapkan ke matanya tiba-tiba saja matanya sembuh dari kebutaan. Kegembiraan yang dirasakan Yaqub begitu besar. la tak sabar untuk bertemu dengan anaknya yang telah lama dirindukannya.

Mereka semua berangkat ke Mesir untuk bertemu Nabi Yusuf. Ketika sampai di Mesir, mereka disambut suka cita oleh Nabi Yusuf.

Nabi Yusuf menaikkan ayahnya di singgasana sambil berkata, "Wahai Ayahku, inilah tabir mimpiku yang dahulu itu. Sesungguhnya, Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Sesungguhnya. Tuhanku telah berbuat baik kepadaku ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusak hubungan antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."

Beberapa waktu kemudian, karena berhasil mengatasi krisis, akhirnya Nabi Yusuf diangkat menjadi raja. la memimpin Mesir dengan adil, makmur, dan damai.

Sementara itu, lama tidak terdengar kabarnya. Zulaikha ternyata masih mencintai Nabi Yusuf. Ketika suaminya telah meninggal rasa cintanya kepada Yusuf semakin kuat. Meskipun usia Zulaikha semakin matang, pesona kecantikannya tetap memancar. Dia telah bertobat dan mengakui kesalahannya. Nabi Yusuf pun tertarik kepada Zulaikha. Akhirnya, keduanya menikah dan hidup bahagia.

Dari pernikahannya tersebut, keduanya dikaruniai dua orang anak bernama Ifratsim dan Minsya. Nabi Yusuf terus berdakwah hingga meninggal di usia 110 tahun dan dimakamkan di dekat makam Ibrahim.

Referensi:
https://dongengceritarakyat.com/sejarah-cerita-kisah-nabi-yusuf-as-dan-mukjizatnya
https://kisahmuslim.com/2628-mimpi-nabi-yusuf.html
https://kisahmuslim.com/2620-kisah-nabi-yusuf-dan-zulaiha.html
https://kisahmuslim.com/2619-kisah-nabi-yusuf-alaihissalam.html

About the Author

Stimulate your passion!
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.